VIVAnews - Pemerintah Sulawesi Selatan telah mengintensifkan penggunaan alat thermo scanner, sebagai antisipasi penyebaran virus flu babi ke Sulawesi Selatan.
Alat pendeteksi panas tubuh tersebut mulai diaktifkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, sejak merebaknya virus flu babi di Meksiko.
"Sejak awal kami sudah memiliki fasilitas tersebut sebagai persyaratan bandara internasional. Tapi pemantauannya kita intesifkan dalam sepekan terakhir," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Makassar dr Taufik Tjahyadi, Kamis, 30 April 2009.
Karena belum memiliki penerbangan langsung ke luar negeri, penggunaan thermo scanner diprioritaskan kepada pendatang dari luar negeri, yang menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta dan Depasar. Lebih terkhusus, lanjut Taufik, terhadap pendatang dari Meksiko.
"Meksiko merupakan negara yang paling pertama ditemukannya virus flu babi, sehingga perhatian kita tentu saja prioritas terhadap mereka," katanya kepada wartawan saat ditemui dikantornya.
Yang menjadi perhatian dari pihak kesehatan bandara adalah mereka yang sedang kurang enak badan, khusunya bagi pendatang yang memiliki suhu badan diatas 38 derajat. Mereka akan langsung diarahkan ke tempat khusus yang telah disiapkan di bandara tersebut.
Ditempat itu, telah disiapkan 12 perawat dan mereka akan melakukan pemeriksan secar teliti terhadap yang dicurigai terdteksi virus H1N1 tersebut.
Selain alat pendeteksi, pihaknya juga sudah menyiapkan alat body clean disinfention. Alat tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri, jamur, dan virus yang dibawa penumpang bepergian atau berada di daerah yang terdapat kuman penyakit.
"Alat itu sebagai antisipasi terjadinya penyebaran kuman yang dibawa penumpang dari negara terjangkit melalui anggota tubuh atau barang bawaan sehingga tidak menyebar," tuturnya.
Dengan dua alat tersebut, pengelola bandara yakin bisa mengantisipasi penyebaran flu babi di Sulawesi Selatan.
Laporan: Rahmat Zeena | Makassar
Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot
Koordinator TPDI (Tim Pembela Demokrasi Indonesia), Petrus Salestinus mengingatkan kepada Kejaksaan Agung agar tidak itu tidak menjadi bahan santapan para pejabat. Sebab,
