Wawancara Achmad Mubarok:

Yudhoyono Tetap Buka Pintu Cawapres

VIVAnews - Partai Demokrat berkali-kali menegaskan tidak akan menyebut nama calon pendamping Susilo Bambang Yudhoyono sebelum pemilihan legislatif 9 April 2009. Mereka takut dampaknya.

Perhitungan mereka adalah bila nama diumumkan sebelum pemilu 9 April, sementara kekuatan partai belum diketahui, maka pendukung potensial Partai Demokrat bisa hilang.

Belakangan, tersebar luas di masyarakat nama sejumlah tokoh nasional melalui pesan singkat telepon genggam. Mereka disebutkan  telah masuk daftar inventarisir calon pendamping Yudhoyono.

Di antaranya petinggi Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring. Diduga nama-nama itu memang bocoran dari hasil pembahasan yang pernah dilakukan Partai Demokrat.

Namun, itu semua dibantah habis oleh Partai Demokrat. Siang ini, Rabu 1 April 2009, sejumlah petinggi partai ini menggelar konferensi pers di markas informasi Partai Demokrat, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Mereka hendak mengklarifikasi beredarnya pesan singkat itu. “Itu tidak benar,” kata Achmad Mubarok, Wakil  Ketua Umum Partai Demokrat.

Berikut wawancara selengkapnya VIVAnews dengan Mubarok.

Apa betul forum Demokrat siang ini hanya untuk klarifikasi?

Iya betul. Klarifikasi nama-nama yang beredar lewat SMS (short message service). Nama-nama ini katanya calon wakilnya Yudhoyono nanti.

Yang akan hadir Ketua Umum Partai, Ketua DPP Anas Urbaningrum, dan Sekretaris Jenderal. Enggak usah banyak-banyaklah untuk klarifikasi saja.

Kenapa anda tidak ikut, tidak diundang?

Bukan begitu. Saya ngurusi lainnya.

Kan pemilu sudah dekat, kenapa harus klarifikasi mengenai nama yang muncul?

Diklarifikasi dong. Supaya nanti jangan jadi bola liar atau opini liar.

Apa dampak bagi Partai Demokrat?

Dampaknya opini di publik. Misalnya kalau sudah disebutkan ke kiri, nanti yang kanan tidak kena (tidak dukung Partai Demokrat). Atau sebaliknya. Padahal kan, sekarang ini belum waktunya menyebut nama.

Apa Partai Demokrat takut?

Kan, orang (partai) punya segmen pasar. Misalnya barat atau timur. Kalau sekarang sebelum pemilu sudah diomong-omongkan akan gabung dengan barat, nanti yang timur hilang. Atau sebaliknya sudah diumumkan gabung dengan timur, nanti yang barat akan nengok ke yang lain.

Jadi, intinya kami belum ada nama calon wakil.

Partai Demokrat sudah mulai mencari-cari nama?

Nyari? enggak usah nyari. Lha pada waktunya nanti juga akan datang sendiri.

Kenapa Partai Demokrat kesannya percaya diri sekali soal nama calon wakil?


Lha, orangnya kan sudah ada sekarang. Semua nama sudah kelihatan. Tentunya dia itu orang Indonesia. Hahahaha...

Kan pertimbangan kami bukan hanya orangnya saja. Tapi juga pasarnya.

Maksud calon itu nanti dilihat dari pasar, bagaimana?

Maksudnya, basis massa yang dia miliki. Basis yang akan mendukung di pemilihan nanti. Misalnya begini, dia orang Nahdlatul Ulama, berarti orang-orang pendukung NU juga akan mendukung dia.

Pokoknya calon itu nanti yang kira-kira menurut strukturnya akan menarik banyak orang.

Bagaimana dengan peluang Hidayat Nur Wahid?

Kan sampai sekarang belum ada yang tahu kekuatan riilnya. Itu semua baru diketahui dari pemilu legislatif.

Kalau Agung Laksono?

Sama juga. Dapatnya dia nanti berapa, itu baru tahu di pemilu.

Akbar Tanjung?

Pokoknya nama calon akan ditentukan setelah pemilu.

Apa mereka tidak cukup kuat?

Pokoknya itu tadi. Jadi kekuatan sesungguhnya akan dibuktikan melalui pemilu.

Apa Demokrat menutup pintu bagi mereka?

Bukan tutup pintu. Justru buka pintu. Tapi sekarang ini belum ditetapkan. Coba, ngapain nama-nama dibuka sekarang.

Komentar Erick Thohir Usai Timnas Indonesia Tembus Semifinal Piala Asia U-23
Jaksa Agung ST Burhanuddin

Anggota DPR Salut Kejagung Berani Usut Dugaan Korupsi di Sektor Tambang

Keberanian Kejagung itu karena seperti mengusut dugaan kasus tambang yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024