Wawancara Bekas Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung

"Golkar Gagal Menjaga Soliditas Partai"

VIVAnews - Perhitungan quick count hari ini menunjukan perolehan suara Golkar melorot tajam. Dari 21 persen pada Pemilu 2004 menjadi sekitar 14- 15 persen pada Pemilu 2009.

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Melorotnya suara Golkar itu, kata Akbar Tandjung, disebabkan karena kepemimpinan Golkar gagal menjaga soliditas partai hingga ke daerah-daerah. Para pemimpin Golkar juga gagal menjaga basis massa sehingga suara mereka berpindah ke partai lain. Berikut petikan wawancara Wens Manggut dari VIVANews dengan Mantan Ketua Umum Golkar itu. Wawancara berlangsung lewat telepon.

Perolehan suara Golkar dalam sejumlah Quick Count anjlok. Dalam  Pemilu 2004  Golkar sebagai pemenang dengan perolehan 21 persen. Kini merosot ke 14 hingga 15 persen. Anda sebagai Ketua Umum Golkar mestinya paham betul apa yang membuat Golkar terpuruk.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Ada beberapa alasan mengapa suara Golkar turun drastis. Antara lain karena kepemimpinan Golkar saat ini, gagal membangun soliditas partai. Kekuatan Golkar terletak di jaringan organisasinya yang kuat hingga ke daerah-daerah, organisasi-organisasi massa yang berafiliasi ke Golkar. Itu kekuatan Golkar.

Saya lihat kemimpinan Golkar selama ini gagal menjaga dan mengunakan jaringan itu dalam pemilihan umum ini.

Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam

Bukankah Ketua Umum, Jusuf Kalla rajin juga ke daerah?

Faktanya adalah bahwa kepemimpinan ini tidak mampu berkomunikasi secara efektif dengan kepengurusan partai di tingkat daerah, terutama daerah kabupaten.  Juga tidak mampu menjangkau massa basis partai di daerah.

Hubungan yang tidak kuat denga basis massa Golkar itu yang menguatkan kesan bahwa Golkar tidak memperjuangan kepentingan dan menyerap aspirasi rakyat.  Itu yang menyebabkan leverage Golkar tidak terangkat.

Semakin jauh dari rakyat sehingga basis massa Golkar bergeser ke partai lain, misalnya Partai Demokrat.

Dalam perkara menyerap aspirasi rakyat, bukankah Demokrat dan Golkar berada dalam posisi yang sama. Sama-sama bisa mengklaim semua kesuksesan pemerintah?

Kendalanya bahwa system pemerintahan kita itu Presidensial. Keberhasilan pemerintah dalam Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana BOS, kredit usaha kecil, kredit mandiri, lebih mudah diklaim sebagai keberhasilan presiden ketimbang sebagai upaya bersama presiden dan wakil presiden.  Jadi leverage Golkar tidak naik sebagai partai pemerintah.

Dan Demokrat menikmati semua keberhasilan.

Semua keberhasilan itu dinikmati Demokrat. Itulah yang menyebabkan perolehan suara Demokrat melonjak. Tiga kali lipat dari perolehan pada pemilihan umum 2004.

Bukankah lemahnya soliditas partai itu lantaran Golkar memang terdiri dari berbagai faksi. Anda sendiri misalnya mempunya faksi sendiri di partai itu.

Soal faksi atau kelompok itu lumrah ada dalam organisasi partai politik, apalagi partai sebesar Golkar. Tugas para pemimpinnya adalah menjaga agar faksi-faksi bekerja untuk organisasi dan soliditasnya terjaga. Yang terjadi adalah pemimpin Golkar gagal menjaga soliditas itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya