Bank IFI Ditutup

Tersungkur Setelah 54 Tahun Berkibar

Hari ini Bank Indonesia menutup Bank IFI.  Sebabnya fatal.  Bank itu tidak mampu menambah jumlah modal. Pemiliknya sudah ke sana kemari mencari investor. Berunding berkali-kali. Gagal. Dan IFI pun terpaksa harus disudahi.

5 Fakta Menarik Jelang Timnas Indonesia vs Australia di Piala Asia U-23

Padahal sejumlah pemodal raksasa berniat menanam uang di bank ini. Pertengahan 2008, misalnya, keluarga William Soeryadjaya berencana mengambil alih bank milik pengusaha Mc Donal, Bambang Rachmadi ini.

Dan William tidak datang sendirian. Pendiri Group Astra itu mengandeng Sabar Sitorus. Sabar adalah pengusaha asal Medan Sumatera Utara, yang sudah lama malang melintang dalam bisnis kelapa sawit.

Wika Salim Ungkap Kondisi Terkini Tukul Arwana

Dan bisnis bank bukanlah lahan baru bagi keluarga William Soerjadjaya. Dia adalah pemilik Bank Summa yang pada tahun 1992 terkulai karena urusan modal. William harus melepas sahamnya di Astra guna  mengatup kerugian di Summa.

Dengan menaruh duit di Bank IFI, William sepertinya berniat kembali ke “rumah lamanya”, dunia perbankan. Khalayak bisnis berharap dengan masuknya keluarga ini modal IFI langsung menjulang. Faktanya tidak. Proses negosiasi mentok.William gagal masuk. Dan hari ini adalah ujung dari semuanya.

Soetta Jadi Bandara Tersibuk di Asia Tenggara

Lahir tahun 1955, semula IFI adalah Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan dikenal dengan nama Indonesia Finance and Investment Company. Lembaga ini kemudian bersalin rupa setelah pemerintah menerbitkan Undang-undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992, yang memudahkan syarat pendirian bank.

Dengan kekuatan modal yang solid bank baru ini tumbuh pesat. Bersamaan dengan perubahan statusnya menjadi bank umum, Februari 1993 PT IFI berubah nama menjadi PT Bank IFI.

Bisnis perbankan Indonesia hancur lebur awal tahun 1997. Sejumlah bank terjerat kredit macet. Dan sebagian besar dari mereka melanggar Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK). Bank IFI kukuh bertahan, walau dia diharuskan mencari sekutu untuk memperkuat kantongnya.

Maka pada tanggal 1 Maret 1998, Bank ini merger dengan Bank Asta. Setelah proses “kawin” itu jumlah cabang Bank IFI bertambah banyak. Stuktur permodalannya juga cukup kokoh.

Jika sejumlah bank, bahkan sejumlah bank raksasa, masuk unit gawat darurat alias Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), bank IFI justru melenggang bebas. Dia tidak masuk rekapitalisasi. Bahkan masuk UGD BPPN saja tidak. Nilainya A.

Sepak terjang bank ini kemudian merambah ke perbankan syariah. Tanggal 28 Juni 1999, membuka cabang Syariah yang diberi nama Bank IFI Cabang Syariah. Dengan dibukanya satu cabang khusus Syariah, bank inilah yang pertama kali mengunakan system “Dual System”. Stuktur permodalan bank ini kian kokoh dan mengembirakan.

Tapi kegembiraan itu berumur pendek. Tanggal 21 Agustus 2002, Bank Indonesia menetapkan Bank IFI dalam pengawasan khusus. Sebabnya, rasio kecukupan modal (CAR) alias modalnya kurang. Setelah di suntik modal, si IFI ini kemudian cek out dari pengawasan Bank Indonesia.

Sembuh, sakit, sembuh, lalu terkulai. Begitulah nasib Bank IFI.  Semester pertama 2008, rapornya banyak yang merah. Dibanding semester pertama tahun 2007, jumlah kredit semester pertama tahun 2008 cuma naik Rp 6 miliar.Pertumbuhan dana pihak ketiga cuma naik tipis 9,83 persen..

Walau  rasio kredit dana pihak ketiga masih bagus, ada yang berbahaya dari stuktur keuangan bank ini.Rasio Kredit Macet alias Non Performing Loan (NPL) menjulang ke bilangan 23 persen. Sebabnya, sejumlah debitur kakap ternyata menunggak utang ke bank ini.

Itulah yang menyebabkan bank ini kesulitan modal. Berbagai upaya dilakukan. Diantaranya mencari para investor. Tapi hingga akhir hayatnya, suntikan darah segar itu tidak pernah masuk ke tubuh IFI.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya