Survei Nielsen

Konsumen Makin Mengkhawatirkan Ekonomi

VIVAnews - Konsumen Indonesia menyatakan masalah ekonomi menjadi kekhawatiran terbesar selama paruh pertama tahun ini.

Sekjen Golkar Tegaskan Munas Tak Bisa Dimajukan Sebelum Desember 2024

Berdasarkan riset Nielsen Indonesia terhadap 533 responden pengguna internet di Indonesia, sebanyak 41 persen konsumen mengkhawatirkan masalah ekonomi, naik tajam dibandingkan enam bulan yang lalu hanya 33 persen konsumen.

Selain masalah ekonomi, sebanyak 33 persen mengkhawatirkan keseimbangan antara bekerja dan hidup yang justru turun dibandingkan periode enam bulan lalu yang sebanyak 37 persen.

"Enam bulan lalu, konsumen Indonesia mengatakan ekonomi dan keseimbangan antara bekerja dan hidup sebagai dua kekhawatiran utama dalam hidup, tetapi prioritas konsumen telah berubah dengan cepat seiring kemerosotan kondisi ekonomi," kata Direktur Eksekutif Riset Konsumen Nielsen Indonesia Catherine Eddy di Jakarta, Kamis, 23 April 2009.

Beberapa kekhawatiran lainnya yang diprioritaskan konsumen pada paruh pertama tahun ini di antaranya, kesejahteraan dan kebahagiaan orang tua (25 persen), stabilitas politik (18 persen), keamanan pekerjaan (15 persen), kesehatan (15 persen), pendidikan dan kesejahteraan anak (15 persen), pemanasan global (11 persen), utang (5 persen), naiknya harga pangan (5 persen), naiknya tagihan pembayaran (4 persen), naiknya harga BBM (2 persen), terorisme (1 persen), kriminalitas (1 persen), toleransi agama yang berbeda (1 persen), kekhawatiran lain (3 persen), dan tidak mengkhawatirkan apapun (2 persen).

Sementara itu, kepercayaan konsumen global meluncur ke tingkat yang lebih rendah dengan ketakutan menjadi pengangguran dan keamanan pekerjaan telah mencapai tingkat yang tinggi. "Keamanan pekerjaan menjadi kekhawatiran utama konsumen di 31 dari 50 negara yang disurvei," kata Catherine.

Berdasarkan riset yang dilakukan pada 19 Maret hingga 2 April 2009, kekhawatiran global untuk keamanan pekerjaan meningkat menjadi 22 persen dari sebelumnya yang hanya 9 persen pada paruh kedua 2008.

Menurut Catherine, ketidakpastian dalam tenaga kerja juga masih akan menjadi kekhawatiran dalam waktu dekat. "Satu dari lima atau 26 persen konsumen global menjelaskan prospek pekerjaan mereka dalam waktu 12 bulan ke depan dengan sinyal buruk," katanya.

Padahal pada paruh kedua 2008, hanya sebanyak 17 persen konsumen yang menyatakan hal serupa.

Misalnya, sebanyak 78 persen konsumen Latvia mengatakan prospek pekerjaan buruk selama 12 bulan ke depan, bersama 74 persen konsumen Korea, 60 persen konsumen Jepang, dan 42 persen konsumen Inggris.

Menariknya, di Indonesia justru berlaku sebaliknya. Tak satupun konsumen yang menyatakan prospek pekerjaannya buruk dalam 12 bulan ke depan. Sebanyak 9 persen konsumen menyatakan pekerjaannya masih sangat baik, 45 persen konsumen menyatakan baik, dan 41 persen menyatakan kurang baik.

Hasbi Hasan Dituntut 13 Tahun Bui, Pengacara: Tak Rasional, Seperti Balas Dendam
Kawasan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 15 persen year on year (YoY) menjadi Rp17 triliun pada 2023.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024