AM. Fatwa

Dari Tahanan Politik Menuju Parlemen

VIVAnews -  Sejak duduk di bangku sekolah pertama (SLTP), tahun 1958 AM. Fatwa sudah mengenal yang namanya dunia tahanan. Saat itu dia sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Sumbawa, NTB.

Dia diintrogasi CPM dan diteror oleh Komandan Pembantu Penguasa Perang, setelah pulang dari Konfrensi Besar PII di Medan. Alasannya dia melancarkan kritik keras terhadap Pemuda Rakyat dan Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Pria kelahiran tahun 1939 ini, sejak masa pemerintahan orde lama maupaun orde baru dikenal sebagai seorang aktivis politik Islam. Bahkan di dua zaman itu, AM. Fatwa pernah menjalani hidup di dalam penjara karena aktivitasnya yang kritis.

Selama 9 tahun dia merasakan hidup di penjara, dan itu merupakan yang terlama, antara tahun 1984 hingga 1993. Bebas dari penjara dia mulai aktif di dunia parpol.

Tahun 1999, saat pemilu pertama setelah lengsernya Soeharto, AM Fatwa terpilih menjadi anggota parlemen nasional DPR RI wakil dari PAN, dan hingga saat ini namanya terus berkembang menjadi figur penting.     

Hingga saat ini, dia yang terpilih sebagai Wakil Ketua DPR RI, sebuah posisi dimana dapat sepenuhnya terlibat dalam aktifitas politik baik level nasional maupun internasional. Pamornya di kancah politik tetap bersinar, aktivis dan juga aktif menulis di beberapa media ini, sejak pemilu 2004, terpilih sebagai Wakil Ketua MPR.

Meski menjadi tokoh yang dikenal di Indonesia, perannya dalam politik Islam kurang mendapat perhatian dalam berbagai studi pada masa itu. Meskipun ia adalah tokoh nasional dan memiliki peran penting. Terlebih, ia tidaklah berpendidikan sangat tinggi sebagaimana tokoh seangkatan yang menjadi pesaingnya untuk mendapat perhatian internasional.

Dia juga tidak mendapat gelar Ph.D dari universitas di Amerika dan bahasa Inggrisnya tidaklah bagus. Faktor lain yang juga membuatnya relatif tersisihkan dalam diskusi-diskusi mengenai politik Islam, mungkin adalah prasangka yang masih melekat padanya bahwa ia seorang ekstrimis.

Reputasi inilah yang mencoreng nama baiknya pada tahun 1970 dan 1980-an dan menghantarkannya ke penjara. Akibatnya orang-orang bersikap hati-hati kepadanya.

Dia juga pernah menulis buku yang dibuatnya untuk merayakan pembebasannya dari penjara dan keberhasilannya kembali ke kancah politik setelah jatuhnya Soeharto.

"Di gambarkan dalam buku tersebut bagaimana saya diusik dan diteror oleh pemerintah baik di dalam maupun diluar penjara," tutur Fatwa. Pria Kelahiran, Bone, Sulawesi Selatan ini, adalah orang bersuku Bugis.

Fatwa kembali menceritakan bagaimana dia kembali harus menjalani hidup di penjara, saat itu 1984, tepatnya hari raya Idul Fitri, panitia Masjid Al-Istiqomah Kemayoran nekad menampilkan dia sebagai khotib, dengan segala macam siasat. Beberapa hari sebelum sholat dia disembunyikan panitia di suatu tempat.

Barulah pada malam Idul Fitri, secara diam-diam di bawah lingkungan Kemayoran, panitia telah menempatkan mimbar dan pengimaman sholat. Sementara intel-intel mengelilingi mimbar itu untuk mencegah agar dia tidak tampil di podium.

Padahal, saat dia disembunyikan pantia pada shaf di ujung kanan tengah jamaah dimana telah disediakan pula sebuah mimbar yang dibaringkan. Ketika sholat itu selesai, mimbar langsung didirikan dan fatwa digotong untuk tampil di podium.

Saat itu juga, dia mengucapkan salam sehingga otomatis seluruh jamaah berbalik menghadap ke kenan mendengarkan khotbah yang berjudul "Politik Orde Baru dan Akhlaq Al-Quran". Melihat hal itu, intel-intel pun terkesiap dan tentunya tak berani berhadapan dengan jemaah untuk menurunkannya yang sedang berkhotbah.

Ini merupakan puncak karirnya, dari cerita kejadian itu orang dapat menilai betapa ia menikmati kemerdekaan. Sejak saat itu, ia sudah jelas bawah ia tinggal menghitung hari, aparat intelijen memutuskan untuk menangkap dan memenjarakannya.

Dalam kasus yang menimpa dirinya, kesadaran akan perbedaan budaya menjadi pendorong baginya untuk bermawas diri. Bahkan dalam mencari jalan untuk memenuhi panggilan hidupnya, ia sungguh luar biasa konsisten. 

5 Tips Merawat Kucing Peliharaan Agar Tetap Sehat dan Terhindar dari Penyakit
Ilustrasi menenangkan anak tantrum

Mengenali Tanda-Tanda Tantrum Tidak Normal pada Anak, Orang Tua Harus Merespons dengan Cermat

Tantrum adalah ledakan perilaku yang mencerminkan suatu respon disregulasi terhadap rasa frustasi anak sehingga anak tak mampu meregulasi rasa frustasi yang yang dialami.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024