Target Ekspor Kakao ke Singapura Rp 1 Triliun

VIVAnews - Sumatera Barat menargetkan nilai ekspor kakao ke Singapura mencapai Rp 1 triliun di tahun 2009. Peningkatan target ekspor kakao ini bisa dilakukan dengan pembukaan lahan baru yang direncanakan mencapai 100 ribu hektare lahan tahun ini.

Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan, tahun ini pemerintah daerah akan memberikan bantuan 3,8 juta bibit kakao bagi masyarakat untuk mengembangkan komoditi ekspor tersebut. Bantuan tersebut berasal dari pemerintah provinsi sebanyak 2,5 juta bibit dan bantuan 1 juta bibit kakao dari pemerintah pusat.

“300 ribu bibit kakao antihama dari Costarika akan disalurkan tahun ini untuk Sumbar,” ujar Gamawan Fauzi, Senin (20/4). Hingga tahun 2010, pemerintah Sumbar menargetkan lahan kakao di Sumbar mencapai 108 hektare.

Gubernur mengatakan, saat ini luas lahan kakao di Sumbar dua kali lahan yang ada di Negara tetangga Malaysia. Menurut data pemerintah daerah, luas lahan kakao di Sumbar saat ini mencapai 61 ribu hektare.

Luas lahan tersebut masih bisa ditingkatkan di tahun 2009 mengingat banyaknya lahan terbuka yang bisa dijadikan sentra perkebunan kakao. Bertahannya harga kakao di pasaran internasional menjadikan komoditi tersebut, dinilai Gamawan, sebagai sector andalan hasil perkebunan Sumbar.

“Pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan lahan kebun coklat di Sumbar untuk meningkat perekonomian masyarakat,” ujar Gamawan. Tahun 2008, ekspor kakao Sumbar ke Singapura mencapai 32 ribu ton dengan nilai sebesar Rp 744 miliar.

Meskipun target pengembangan lahan kakao di Sumbar tidak berjalan sesuai target, pemprov mengaku, pihaknya masih mengevaluasi laporan dari 17 kota dan kabupaten. Sesuai target, mestinya di tahun 2008 luas kebun kakao di Sumbar mencpai 83 ribu hektare.

Kepala Dinas Perkebunan Sumbar Afriadi, mengatakan lambatnya program pengembangan lahan kebun kakao ini disebabkan banyak faktor. “Tidak semua pemerintah kota dan kabupaten yang menganggarkan dalam APBD untuk pengembanan kakao,” ujar Afriadi.

Keterbatasan anggaran tersebut menyebabkan tertundanya perluasan komoditi andalan tersebut sesuai target pemerintah daerah. Sejauh ini, pemerinttah pusat hanya menyanggupi mengucurkan dana Rp 10 miliar dalam 3 tahun untuk mengembangkang lahan kakaw di Sumbar.

Padahal, menurut Afriadi, untuk mengembangkan luas lahan kakao menjadi 8 ribu ha membutuhkan dana sebesar Rp 24 M per tahun. Sedangkan kemampuan pemerintah provinsi untuk mengembangkan komoditas tersebut baru mencapai Rp 10 M dari Rp 37,5 miliar selama 5 tahun.

Menurutnya, prospek komoditi kakaw cukup menjanjikan denga harga jual di pasaran internasional yang cukup stabil. Saat ini, katanya, harga komoditi kakao di pasaran internasional berada dikisaran Rp 24 ribu sampai Rp 27 ribu per kilogram. Harga tersebut melonjak dari tahun 2008 di mana harga jual kakao berkisar anatara Rp 16 ribu sampai Rp 18 ribu per kilo.

Laporan: Eri Naldi | Padang

Fokus Arsenal di Bursa Transfer, Perkuat 3 Posisi
Tunggal putra Indonesia Jonatan Christie juara BAC 2024

BNI Dukung Tim Thomas dan Uber Cup Indonesia

Apresiasi setinggi-tingginya diberikan oleh BNI kepada atlet bulutangkis Indonesia yang telah berprestasi di dua ajang bergengsi, All England dan BAC.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024