Nusa Kambangan (I)

VIVAnews - Saat bangun pagi hari Senin 05 April 1971, teman-teman bilang bahwa saya kemarin jatuh pingsan saat menjalani hukuman fisik akibat larinya Durohim dari Kamp Unyur. Memang saya tidak ingat lagi dan kata teman-teman saya digotong, dan kemudian semua tapol dipindahkan ke penjara, dijejalkan dalam dua atau tiga ruangan.

Kami dipindahkan dari Kamp Unyur tanpa membawa bekal apa-apa selain pakaian yang   melekat di badan.  Hari ini Senin 05 April 1971, pagi-pagi benar kami sudah dibangunkan dan beberapa petugas CPM sudah datang, mempersiapkan keberangkatan kami ke suatu tempat yang tidak disebutkan.

Kalau beberapa hari lalu saya diberitahu harus mengingat-ingat nomor foto 01448, maka hari ini saya dapat nomor baru yang ditulis dengan cat hitam diatas sepotong kain putih : 0360 dan nomor ini harus ditempelkan dengan sebuah peniti di dada kiri.

Selesai membagikan nomor baru ini, petugas CPM (Corps Polisi Militer) memanggil satu demi satu tapol sesuai nomor urut dan saya tidak tahu dan tidak sempat mengingat angka berapa yang terakhir.

Kemudian kami digiring keluar penjara.dimana telah menunggu sebuah truk, yang kemudian mengangkut kami menuju stasiun Serang. Sebuah stasiun yang terletak tidak jauh dari penjara dan hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk bisa sampai kesana. Rupanya kami tidak digelandang sepanjang jalan untuk jadi tontonan masyarakat seperti saat pemberangkatan pertama ke Buru tahun 1970.

Di stasiun Serang kami kembali dibariskan menurut nomor urut dan setelah dihitung  lengkap, kami dibubarkan dan boleh mengambil barang milik masing-masing, yang ditumpuk di salah satu sudut ruangan stasiun.

Saat kami dipindahkan ke penjara,semua barang rupanya diangkut entah kemana dan pagi ini sudah bertumpuk di stasiun. Untuk mencari barang milik saya tidak sulit, karena saya memiliki kasur gambang, kasur tipis yang mudah dilipat dan bentuknya seperti gambang,lembaran yang terdiri dari bilah-bilah menyatu.

Setelah semuanya siap dengan barang masing-masing, kami dibariskan kembali menurut nomor masing-masing dan kemudian memasuki gerbong penumpang, satu demi satu setelah dipanggil nama dan disebut nomor pemberangkatan. Ratusan pasang mata menyaksikan dengan diam, para keluarga dan handai tolan yang mengantar.

Mereka adalah saksi-saksi bisu, yang hanya bisa menyaksikan dari jauh. Saya lihat ada 3 gerbong disiapkan dan saya tidak tahu apakah semua gerbong terisi penuh atau tidak, tetapi saya yakin gerbong ketiga pasti dikhususkan untuk pengawal  yang terpisah dari tapol. Paling tidak dalam hitungan angka, dua gerbong penuh bisa diisi 80 sampai 90 orang.

Saat itu saya teringat pada kisah ayah saya, yang diangkut dengan "gerbong maut" dari Bondowoso menuju Wonokromo pada tanggal 23 November 1947.

Para tawanan yang disebut extremist oleh penjajah Belanda,sebanyak 100 orang diangkut dengan gerbong barang yang tidak berjendela, terbuat dari logam termasuk atapnya. Berangkat dari Bondowoso pagi dinihari dan tiba malam hari di Wonokromo.

Saat tiba di Wonokromo dan pintu gerbong dibuka, perintah atau aba-aba dari pengawal yang memerintahkan para tawanan agar keluar, tidak disambut sama sekali. Ternyata sebagian para tawanan meninggal dan yang teronggok dalam gerbong adalah mayat-mayat, jasad yang kulitnya sudah melepuh dan sebagian lepas tidak menempel lagi.

Dari tiga gerbong barang,gerbong depan berisi 24 orang selamat dan hidup semua. Gerbong tengah (dimana ayah saya berada) dari 38 orang meninggal 8  orang dan dalam gerbong paling belakang dari 38 tawanan,seluruhnya menjadi mayat  yang teronggok didepan pintu. Semua meninggal karena tidak bisa bernafas, kehausan dan kelaparan, selama lebih dari 12 jam tersiksa dalam gerbong kekurangan uda ra dan tidak bisa bernafas.

Dalam gerbong tengah, ayah saya berhasil membuat lubang kecil sepanjang 10 cm dengan lebar 3 cm, dan lubang yang dibuat dengan gagang sendok ini menyelamatkan banyak jiwa. Gerbong belakang dengan 38 tawanan, seluruhnya tewas. Gerbong tengah dengan 38 tawanan,meninggal 8 orang.Gerbong depan yang diisi 24 orang selamat semua, hidup.

Ada Kesan Anies Baswedan Mulai Ditinggalkan Partai Pendukungnya, Menurut Pengamat
Chandrika Chika

Kondisi Terkini Chandrika Chika di Tahanan, Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba

Usai resmi ditahan, orangtua Chandrika Chika langsung menjenguk sang putri. Ibunda Chandrika Chika, Poppy Putry, mengungkapkan bahwa anaknya dalam keadaan yang baik.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024