Ledakan di Afganistan, 4 Tentara Jerman Luka

VIVAnews - Empat tentara Jerman cedera akibat pemboman jibaku di Afghanistan utara pada Rabu, kata kementerian pertahanan Jerman, saat Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier tiba untuk kunjungan mendadak di Kabul.

Penyerang itu meledakkan diri dalam kendaraan 15 kilometer selatan kota Kunduz ketika satuan Jerman untuk pembangunan kembali Afghanistan dalam kendaraan berlapis baja Dingo lewat, kata pernyataan kementerian tersebut.

Steinmeier bertemu mitra Afghan-nya Rangin Dadfar Spanta pada awal kunjungan dengan utusan baru Jerman untuk wilayah itu guna merundingkan kemungkinan pemusatan perhatian pada perjuangan melawan perlawanan Taliban di Afghanistan, tempat Jerman menyebarkan sekitar 3.500 tentaranya.

Tigapuluh satu tentara Jerman tewas di negara itu sejak 2002.

Gerakan Taliban menyatakan bertanggungjawab atas ledakan itu, mirip sejumlah lain dilakukan pejuang tersebut sebagai bagian dari upaya mereka melawan pemerintah dukungan Barat dan hampir 70.000 tentara asing penyangganya.

Jerman menempatkan tentaranya di Afghanistan dan sumbangannya kepada Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO merupakan yang ketiga terbesar sesudah Amerika Serikat dan Inggris.

Parlemen Jerman pada tahun lalu menyetujui penambahan tentara hingga 4.500 orang, walaupun tugas itu tetap tak disukai di dalam negeri negara Eropa tersebut.

ISAF menempatkan lebih dari 58.000 tentara dari 42 negara, kata keterangan terkininya.

Pasukan itu bekerja bersama dengan sekutu pimpinan Amerika Serikat, yang berjumlah sekitar 10.000 tentara, walaupun angka tersebut tidak diumumkan.

Tentara ISAF pimpinan NATO dan sekutu pimpinan Amerika Serikat berperang bersama pasukan pemerintah Afghan melawan pejuang Taliban, yang meningkatkan perlawanan maut dan meremehkan upaya pembangunan kembali dan pembangunan lembaga di Afganistan pasca-Taliban.

Lebih dari 5.000 orang --kebanyakan pemberontak-- tewas akibat kekerasan di Afganistan, kata angka dari sumber tentara Afgan dan asing.

Terdapat sekitar 70.000 tentara asing di Afghanistan, kebanyakan dari mereka ditempatkan di bawah NATO untuk membantu Kabul berjuang melawan perlawanan pimpinan Taliban, yang bangkit kembali.

Sebagian besar perlawanan itu berpusat di Afghanistan selatan dan timur, tapi, kekerasan tersebar di utara dan barat, yang biasa tenang.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituding bertanggungjawab atas serangan di negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan Taliban di Afghanistan membuat sejumlah negara berencana mengurangi atau menarik pasukannya, yang tergabung dalam ISAF.

NATO dijadwalkan mengirim 5.000 tentara tambahan ke Afghanistan sebagai jawaban atas permintaan Presiden Amerika Serikat Barack Obama atas peran lebih besar persekutuan itu.

Jurubicara Obama, Robert Gibb, menyatakan jumlah itu termasuk 3.000 tentara untuk penempatan jangka pendek guna memberikan keamanan pada pemilihan umum pada akhir tahun ini, yang mencakup 900 tentara dari Inggris, 600 dari Jerman dan 600 dari Spanyol.

Sejumlah 1.400 hingga 2.000 tentara lagi akan tersedia dalam 70 satuan terdiri atas 20-40 tentara setiap satuan untuk membentuk regu pelatihan, yang melekat pada satuan tentara Afghanistan. (tvone)

Daftar Harga Motor Vespa per Maret 2024
Calon Anggota Legislatif DPR RI dari Partai Demokrat, Fathi

Caleg Demokrat Fathi Lolos ke Senayan Bareng Melly Goeslaw dari Dapil Jabar I

Partai Demokrat berhasil meraih satu kursi DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Barat I (Jawa Barat), Kota Bandung dan Cimahi periode 2024-2029. Sebab, partai yang diketuai

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024