Berita dari Pembaca

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

VIVAnews -Seorang pembaca bernama Amgah, mengirimkan sebuah tulisan ke VIVAnews. Dia berkisah tentang kebohongan seorang ibu yang dicupliknya dari kisah orang lain.

Chandrika Chika Terjerat Narkoba, Alasannya Mengejutkan: Bukan Doping, Tapi Pergaulan

Jika pembaca memiliki pengalaman sendiri untuk dikisahkan, atau cerita yang menarik lainnya di sekitar Anda, silahkan mengirimkannya ke VIVAnews. Melalui U-Report yang ada di kanal VIVAnews.

Jika laporan Anda menarik, tentulah kami menayangkannya.Seperti yang dilakukan Amgah. Berikut adalah laporannya :

NasDem Belum Jelas Oposisi atau Gabung Pemerintah, Cak Imin: Mau Nanya Itu Sungkan

Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepat adalah Cinta. Cinta di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan, namun lebih kepada cinta universal. Cinta seorang ibu / orang tua kepada anaknya atau sebaliknya.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan , makna sesungguhnya dari kebohongan justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Chandrika Chika Ngaku Udah Pakai Narkoba Satu Tahun

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin.untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata "Makanlah nak, aku tidak lapar" --- Kebohongan Ibu yang pertama

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan aku dan kakak-kakakku.

Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping aku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- kebohongan Ibu yang kedua.

Sekarang aku sudah masuk SMA, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.

Dikala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata "Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus bekerja." Ibu tersenyum dan berkata "Cepatlah tidur nak, aku tidak ngantuk"---- Kebohongan Ibu yang ketiga

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyengat, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah sinar terik matahari selama berjam-jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai.

Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Tetapi Ibu berkata "Minumlah nak, aku tidak haus!" ----- kebohongan Ibu yang keempat

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, ia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah.

Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah
kecil.

Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu tetap tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata "Saya tidak butuh cinta" -----kebohongan ibu yang kelima.

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun.

Tetapi ibu tetap bekerja keras, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu tetap tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut dan berkata "Saya ada uang" -----Kebohongan Ibu yang keenam

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa dari sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, beliau berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----- kebohongan Ibu yang ketujuh

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker usus karena kekurangan gizi dan makanan, ia harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.

Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi.Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan yang sangat mendalam. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat sangat lemah dan kurus kering.

Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---- kebohongan Ibu yang kedelapan.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya dan menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, mungkin kita ingin sekali mengucapkan " Terima kasih ibu ! " Coba pikirkanlah, Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar , kita pasti lebih peduli dengan pacar. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar , cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita? Cemas apakah ibu dan ayah kita sudah makan atau belum? Cemas apakah mereka sudah bahagia atau belum?

Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali... Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi kebaikan orang tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari , dimana mereka telah pergi meninggalkan kita.

..diambil dari kisah orang lain..

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya