Perempuan Inspiratif

VIVAnews - Hari Jumat siang minggu lalu, seperti biasanya, bersama kru TVRI Jawa Timur saya melakukan liputan kegiatan UKM. Kala itu, narasumber saya adalah Ibu Titik Winarti, seorang perempuan muda berusia sekitar 35 tahun, yang merupakan wirausahawan dibidang handicraft.

Saat dipersilahkan masuk ke ruang kerjanya, saya sudah berdecak kagum melihat beberapa deretan penghargaan nasional maupun internasional yang pernah ia raih, serta sederetan foto-fotonyanya bersama para petinggi negara, termasuk bersama Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun ternyata, foto bersama Presiden RI belum ada apa- apanya jika dibandingkan dengan prestasinya di event internasional yang -menurut saya sangat luar biasa-, saat itu, saya melihat sebuah sertifikat internasional, event Micro Credit International 2004, dimana ibu Titik menjadi satu- satunya wakil dari Indonesia, karena ia merupakan pemenang ajang Mikro Kredit se- Indonesia 2004, dan berhak maju ke tingkat internasional.

Ajang itulah yang akhirnya membawa beliau ke markas PBB di New York untuk berpidato didepan sekjen PBB Kofi Annan, serta disaksikan oleh utusan negara- negara sedunia dalam konferensi PBB tentang mikro kredit. Sungguh sebuah prestasi yang sangat membanggakan.

Dengan ekspresi serta nada tanpa menggurui, Ibu Titik bercerita pada saya bahwa ia sangat beruntung bisa menjadi wakil Indonesia di ajang internasional, karena menurut beliau, ia hanyalah seorang pengusaha kecil yang bermodalkan barang bekas untuk menghasilkan barang baru.

Bersama Tiara Handicraft yang ia dirikan, Ibu Titik memfungsikan barang bekas untuk didaur ulang menjadi barang yang memiliki nilai guna. Namun yang mengharukan yaitu, saat saya tahu bahwa semua pegawai Ibu Titik adalah penyandang cacat. Sungguh suatu usaha yang sangat mulia dalam mengoptimalkan tenaga kerja penyandang cacat.Saya terharu sekali.

Para pegawai Ibu Titik itu ternyata cacat. Ada yang cacat lahir, cacat kecelakaan maupun cacat mental. Mereka semua dipercaya Ibu Titik untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi orang lain.

“Saya ingin mereka dipercaya, Mbak Chika. Mereka memang terbatas. Tapi, toh mereka mampu berkarya. Hal itu juga yang saya sampaikan saat berpidato di PBB. Saya ingin, masyarakat memberi kesempatan dengan semangat, bukan dikasihani.”katanya optimis.

Dalam wawancara singkat itu, Ibu Titik menunjukkan pada saya, sebuah video saat beliau berpidato di PBB. Saya sampai merinding. Naluri saya sebagai perempuan pun ikut berbangga atas prestasi beliau yang bisa sampai mencapai New York, apalagi sampai berpidato dalam konferensi PBB.

Konferensi tingkat dunia itu dibuka oleh pidato yang disampaikan oleh Kofi Annan, kemudian dilanjutkan dengan pidato Ibu Titik Winarti, pengusaha handicraft, yang menjadi wakil Indonesia asal Surabaya.

Saya menangis terharu saat melihat Ibu Titik berpidato di depan semua utusan dunia. Pidatonya yang menyuarakan pentingnya optimalisasi tenaga kerja penyandang cacat, membuat semua audiens yang berada di ruangan konferensi memberikan standing applause.

Saya merasa ikut merasakan emosi Ibu Titik saat berpidato. Lantang, berapi- api namun semuanya terlihat dari hati. Setiap kali liputan, saya pasti menjumpai narasumber yang berbeda- beda. Mulai dari Ibu- ibu yang giat berkarya di bidang karung goni, rotan, sampah yang di daur ulang menjadi bunga kering, dan batik tulis. Semuanya hebat, karena mereka semua perempuan. Ada perasaan bangga ketika perempuan mampu berkarya, dalam artian menciptakan karya dengan nilai seni yang tinggi, dimana kemampuan itu biasanya tidak dimiliki oleh laki- laki.

“Pokonya Mbak Chika, saya itu selalu berusaha menyikapi semua cobaan dengan bijaksana. Memang, tadinya saya berusaha menghibur diri sendiri. Namun, ternyata itulah cara yang paling ampuh untuk bangkit dari kegagalan. Saya juga selalu berusaha untuk memotivasi diri sendiri, Mbak. Kalau kita mengharapkan motivasi orang lain, paling ya lewat gitu aja. Yang ada, malah kita nggak jatuh terus nggak bangun- bangun.”

Perempuan ini, membuat saya benar-benar terharu, dan semakin kagum. Meskipun cuma liputan untuk acara seni kreasi, namun semua yang ia katakan terasa menghujam jantungku (pinjam istilah judul lagu Tompi ). Perempuan ini seperti mengingatkan pada saya untuk MENSYUKURI semua yang telah saya punya, serta tak mudah jatuh  menghadapi cobaan hidup.

Hmmm, begitulah. Proses belajar tak selalu kita dapatkan dari para akademisi, mulai dari dosen sampai professor. Namun, pelajaran hidup tentang ketulusan justru malah saya dapatkan dari pengusaha sederhana, Ibu Titik Winarti, yang meskipun tidak bertitel, semangat hidupnya memberikan pelajaran berharga yang tidak ternilai untuk saya.

Dari semua liputan, sepertinya hanya liputan kali ini yang membekas dihati saya.


Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga
Pertemuan Presiden Jokowi CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson. (foto ilustrasi)

Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Indonesian President Joko Widodo (Jokowi) received a visit from officials of mining company Freeport McMoran at the Merdeka Palace, Jakarta, on Thursday.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024