Kisah Tapol Pulau Buru

Kabar Baik Tapi Didamprat

VIVAnews - Buru dalam benak setiap orang yang memahami sejarah, punya banyak arti dan menyimpan banyak hal yang tidak bisa diselami setiap orang. Kalau menyebut Buru,berarti anda harus ingat bahwa di pulau tersebut pernah dibuang 12 ribu tahanan politik (tapol) dari seluruh pelosok Indonesia, yang 10 ribudikirim antara 1969 sampai 1971 dan 2 ribu terakhir dikirim tahun 1976.

Kelompok 10 ribu terbagi menjadi 18 unit dengan identifikasi unit I sampai dengan unit XVIII sedang kelompok terakhir terbagi menjadi 3 unit dengan singkatan R,S dan T (Ronggolawe,Sawunggaling dan Trunojoyo).

Tapol Buru adalah manusia-manusia yang harus di-Pancasila-kan dan untuk itu Orde Baru mengirimkan Tim Opstal atau Tim Operasi Mental. Tim ini berkeliling  ke setiap unit secara berkala dan memberikan Santiaji (istilah Orba untuk pengganti Indoktrinasi atau semacam Brain Washing-Pencucian Otak).

Selama di Pulau Buru para tapol tidak pernah mengetahui perkembangan dunia luar,karena berita adalah tabu bagi mereka.  Salah satu dari 18 unit dimana penulis berada adalah unit khusus  yang diperuntukkan bagi mereka-mereka yang digolongkan sebagai "kepala batu".

Unit XV yang diberi nama Indrapura adalah gabungan penghuni dari seluruh unit sesudah diaduk, berasal dari seluruh unit dari I sampai XVII. Penghuni Unit XV yang asli dipindah dan disebarkan ke unit-unit lain. Penghuni unit lain yang  digolongkan sebagai "kepala batu" dipindahkan ke Unit XV.

Warga Unit XV Indrapura yang baru ada sekitar 700 orang dan terbagi dalam 7 barak,masing-masing berisi 100 tapol. Pada suatu saat datang berkunjung Tim Opstal yang terdiri dari Ketua dan biasanya berpangkat Mayor AD (selalu dari Angkatan     Darat),3 atau 4 anggota rohaniawan Islam,Protestan atau Katholik dan disingkat dengan sebutan Rohis,Rohprot atau Rohkat.
 
 Kalau datang Tim Opstal dan mereka mengadakan Santiaji, maka merupakan hal wajib bagi tapol untuk hadir di Balai Pertemuan.  Petugas Tonwal akan menyisir ke barak-barak menghalau tapol, kecuali yang sakit atau sedang bertugas didapur,untuk hadir.
    
Maka pada suatu malam semacam itu, di depan ratusan tapol yang  wajib mendengarkan Santiaji,seorang anggota Tim Opstal berpangkat kapten angkat bicara dimimbar.

Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.

Sebelum mulai Santiaji sang kapten ini mengisahkan bahwa sebelum berangkat ke Buru mendapat briefing di Jakarta yang isinya kurang lebih : nanti kalau anda-anda sampai ke pulau Buru,berhati-hatilah menghadapi  tapol! Setelah sampai di pulau Buru, saya melihat bahwa apa yang  disampaikan di Jakarta tidak sesuai dengan kenyataan.

Ternyata kami dapat berkomunikasi dengan baik. Sesudah itu sang  kapten ini mulai dengan Santiajinya yang cukup panjang, makan waktu satu jam lebih dan menceriterakan perkembangan di dunia  luar pulau Buru,yang tidak pernah kami ketahui.

Disebutkan bahwa kemajuan telah tercapai selama Orde Baru pimpinan Soeharto. Pembangunan disegala pelosok,SD-SD Inpres,jalan raya baru, kemakmuran meningkat, antena televisi menjulang disetiap rumah dan sebagainya.

Kami semua para tapol harus mendengarkan dengan mata terkantuk-kantuk setelah seharian bekerja di sawah atau lading. Setelah mengakhiri Santiaji-nya,sang kapten ini menawarkan  kesempatan : siapa yang akan mengajukan pertanyaan?
   
Saya pun mengacungkan tangan dan diberi kesempatan bicara.  "Bapak termasuk orang beruntung!" "Mengapa?""Bapak di Jakarta mendapat briefing dan setibanya di Buru bisa  menilai bahwa briefing di Jakarta ternyata tidak benar, ternyata tapol di Buru tidak seburuk apa yang digambarkan di Jakarta!"

"Lalu apa masalahnya yang tidak jelas bagi saudara?" "Kami ini tidak seberuntung bapak, karena tidak bisa membuktikan apakah yang bapak sebutkan tentang semua pembangunan tadi  benar adanya'
  
Pak Kapten segera menyambar mikrofon dengan marah dan Santiaji yang seharusnya sudah berakhir,diperpanjang dengan kemarahan pak Kapten yang lamanya hampir sama dengan Santiajinya.

Punya Banyak Proyek Properti di Bandung Raya, APLN Pede Kuasai Pasar Jawa Barat

Para tapol yang sudah mengantuk mulai terbangun kembali dan dengan gelisah memandang penuh pertanyaan kekiri dan kekakanan. Sang Kapten mulai pidato mengungkit-ungkit kejahatan dan kekejian PKI,segala cacian dimuntahkan dan segala pujian bahwa pemerintahan Orde Baru dibawah Soeharto yang Pancasilais masih memberikan hak hidup kepada para tapol, betapa hebat dan saktinya Pancasila yang wajib dijunjung dan sebagainya.

Santiaji akhirnya selesai dengan rasa puas sang Kapten, pembela Pancasila dan terhempasnya tapol, yang pulang ke barak masing- masing dengan perasaan berkecamuk. Peristiwa sekian jadi Balai Pertemuan mendapat dukungan maupun kecaman terhadap diri penulis.
    
Oei Hai Djoen sambil berjalan kembali ke barak bilang:"Bagus Djok,biar mereka tahu bahwa kita tidak bisa dibodohi!"  Dr.Soeprapto SH berkomentar:"Dik,kalau meng-KO pejabat jangan dimuka orang banyak!"
    
Tetapi ada juga seorang sarjana hukum yang marah:"Djok, untuk  apa sih kamu bicara begitu? Kan kita-kita ini sudah digolongkan tapol kepala batu atau die hard, dengan kamu bicara begitu kan penguasa semakin yakin bahwa kita-kita ini benar-benar kepala batu! Memangnya kalau saya bicara begitu, hukuman kita bertambah?

Tim Opstalpun meninggalkan Unit XV Indrapura untuk berkeliling dan kurang lebih sebulan sesudah itu saya mendapat berita dari Ir.Widodo dari Unit XV.

"Kata pak kapten Tim Opstal,di unit XV ada insinyur gendeng" Ini berita betulan,bukan RDG karena disampaikan seorang sesama tapol. Terima kasih pak kapten,saya dapat gelar tambahan, honoris causa pula : insinyur gendeng!
 
Catatan : di kalangan tapol RDG bisa berarti Radiogram,berita dari penguasa dan disampaikan Dan Unit (Komandan Unit) tentang segala sesuatu yang menyangkut nasib tapol. Berita ini selalu benar karena sumbernya resmi RDG bisa pula berarti Radio Dengkul alias sas-sus yang beredar dari mulut ke mulut dan sebagian besar adalah bohong.               

Ketua Srikandi PPDI, Nunun Daradjatun Donor Darah

Kasus DBD Naik, PPDI Minta Perempuan RI Ikut Donor Darah

Peringati Hari Kartini, Srikandi Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) mengajak ratusan perempuan melakukan aksi donor darah untuk kemanusiaan, di Sekolah polisi Wanit

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024