VIVAnews – Saham-saham di industri consumer goods, infrastruktur, komoditas, dan telekomunikasi bakal menjadi incaran investor pada 2009. Namun, pelaku pasar juga masih mencermati pergerakan saham di perbankan, industri jasa, semen, otomotif, dan konstruksi.
Demikian rangkuman pendapat Vice President PT Indomitra Sekuritas, David Ferdinandus, Kepala Riset PT Danareksa Sekuritas, Sebastian Sharp, dan Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan, kepada VIVAnews di Jakarta, belum lama ini.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry Firmansyah, mengatakan, tiga sektor yang berpotensi menopang indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun ini adalah consumer goods, infrastruktur, dan perbankan.
Haryajid Ramelan menilai, saham empat sektor, telekomunikasi, pertambangan, infrastruktur, dan agribisnis masih berpotensi naik tahun depan.
Di industri telekomunikasi, meski bermunculan pemain baru dan perang tarif, sektor ini akan tetap bertahan. Kebijakan penurunan tarif akan memicu pelaku di industri ini mengejar margin pendapatan.
“Upaya sejumlah perusahaan mengembangkan bisnis multimedia dan portal, bisa menjadi tambahan pemasukan,” ujar dia.
Untuk agribisnis, meski terkendala penurunan permintaan minyak kepala sawit (crude palm oil/CPO) dari India dan Cina, tahun ini, produk ini diperkirakan masih menjadi andalan. Kebijakan pemerintah di industri juga cukup mendukung.
Saham-saham di sektor ini yang masih menjanjikan di antaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Sedangkan saham-saham pertambangan yang bakal menjadi incaran pemodal pada 2009 di antaranya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Selain karena prospek permintaan komoditas kedua perusahaan itu yang diperkirakan masih tinggi, saham BUMN aktif membagikan dividen.
Di industri infrastruktur, saham-saham yang bakal menggeliat adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Kini, harga saham-saham tersebut cukup murah.
Bisnis perusahaan di sektor ini juga untuk jangka panjang. Hal itu ditandai dengan pelaksanaan sejumlah proyek seperti jalan tol. “Saham-saham ini cocok untuk investasi jangka panjang. Harga saham sudah turun terlalu jauh, sehingga ada indikasi menguat,” ujar dia.
Kepala Riset PT BNI Securities, Norico Gaman, dalam analisisnya mengatakan, saham-saham pilihan dengan target harga untuk 12 bulan ke depan di antaranya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 1.350, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 7.000, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Rp 18.000, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 7.000.
Sementara itu, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan target harga Rp 3.100, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Rp 640, PT Semen Gresik (SMGR) Rp 6.300, dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 35.000.
Dampak Krisis Global
Sementara itu, David Ferdinandus mengatakan, dampak krisis ekonomi global diperkirakan masih terjadi pada kuartal I hingga semester I-2009. Setelah itu, kondisi perekonomian diprediksi stabil dan upaya pemulihan berlanjut.
“Periode itu kurang menguntungkan. Sebagian sektor masih bisa bertahan dan lainnya mengerem ekspansi,” kata David.
Dalam pandangan dia, meski dibayangi agenda pemilihan umum, sejumlah emiten diperkirakan tetap bertahan di tengah tekanan krisis. “Perusahaan akan dihadapkan pada kepiawaian untuk menerapkan kebijakan yang berkesinambungan,” ujar dia.
Industri padat karya, otomotif, serta properti dan turunannya masih bisa tertekan. Sementara itu, sektor pertambangan, jasa, dan konstruksi cenderung stabil.
Untuk pertambangan, potensi pertumbuhan akan dipengaruhi daya beli dan harga minyak dunia. Meski demikian, harga komoditas pertambangan diperkirakan tidak cukup berfluktuasi dibandingkan tahun lalu. Hal itu karena harga minyak diperkirakan berada di kisaran US$ 60-70 per barel.
Sementara itu, sektor perbankan diharapkan mampu mendorong sektor riil melalui kebijakan penurunan suku bunga.
Sebastian Sharp, mengatakan, penentuan saham-saham di sektor komoditas, perbankan, consumer goods, dan infrastruktur didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar dan potensi untuk memberikan keuntungan.
“Yang kami rekomendasikan saat ini adalah saham dengan beta di bawah 1, seperti Unilever (PT Unilever Indonesia Tbk) yang memiliki beta 0,7,” ujar dia.
Selain itu, saham-saham lain yang bisa dicermati adalah PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
VIVA.co.id
25 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Sekda Supian Suri Ajak ASN dan Warga Meriahkan Peringatan Hari Jadi ke-25 Kota Depok
Siap
20 menit lalu
Sebentar lagi Kota Depok menginjak usianya yang ke-25, HUT kota bertajuk Sejuta Maulid ini jatuh pada tanggal 27 April. Namun momentum perayaan hari jadi Kota Depok sud
Warga menemukan tubuh korban bersimbah darah, dengan luka lebam dan sayatan senjata tajam di sekujur tubuhnya yang diyakini akibat penganiayaan dilakukan pelaku.
DIENG: Menuju Geopark Nasional, Dieng Jadi Tempat Peringatan Hari Bumi Tingkat Provinsi
Wisata
32 menit lalu
Menjadi kawasan menuju Geopark Nasional, tahun 2024 ini, dataran tinggi Dieng dipilih menjadi tempat peringatan Hari Bumi Tahun 2024 tingkat Provinsi Jawa Tengah
Depresi Pulang Merantau, Seorang Pria Nekat Gantung Diri Saat Perjalanan Pulang
Banyuwangi
40 menit lalu
Artikel ini hanyalah sebuah informasi dan bukan untuk ditiru Diduga akibatr mengalami depresi berat, seorang pria nekat gantung diri di sebuah pohon saat dijemput pulangk
Selengkapnya
Isu Terkini