Wawancara Abdullah Abdullah, Politisi Palestina

Ini Krisis Palestina, bukan Hamas atau Fatah

VIVAnews -  Palestina akan tetap melawan kesewenangan Israel di Jalur Gaza, demikian kata Abdullah Abdullah, Ketua Komisi Politik Dewan Legislatif Palestina (PLC) di Ramallah, Tepi Barat, Palestina.  Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Palestina kelahiran Yerusalem 1 April 1939 tersebut sekilas mengungkapkan kesulitan yang dialami rakyat .

MK Dibanjiri Karangan Bunga Dukung Prabowo-Gibran

"Ini bukan krisis Hamas, bukan krisis Fatah, tapi ini adalah krisis rakyat Palestina," kata Abdullah, yang merupakan anggota parlemen Palestina dari faksi Fatah.  Kepada VIVAnews,  melalui sambungan telepon internasional dari Ramallah, Senin pagi 5 Januari 2009 waktu setempat (Senin sore WIB), Abdullah mengatakan tindakan Israel saat ini justru membuat perdamaian semakin jauh dari tanah Palestina.  Berikut petikan wawancara dengan Abdullah Abdullah:

Meskipun Ramallah, Tepi Barat, tak tersentuh serangan militer, bagaimana warga di Ramallah menanggapi serangan Israel di Jalur Gaza?
Situasi di sini penuh amarah rakyat atas penderitaan yang menimpa saudara-saudara kami di Gaza. Kami turut merasakan penderitaan mereka yang berhari-hari dibom, tanpa air bersih, tanpa listrik, dan tanpa pasokan bantuan akibat serangan dan blokade Israel. Kami kini mengerahkan segala cara untuk membantu mereka. Tapi kami juga menempuh cara-cara diplomasi, dimana hari ini kami menemui utusan dari Rusia dan bersiap menerima Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dalam mendengarkan gagasan-gagasannya untuk mengakhiri penderitaan saudara-saudara kami.

Apakah ada akses untuk ke Jalur Gaza?
Sejak tentara Israel melakukan serangan darat ke Gaza akhir pekan lalu (Sabtu), sangat sulit untuk bisa ke sana akibat blokade tank dan risiko mendapat tembakan artileri. satu truk pun tidak bisa ke sana. Begitu pula dengan jalur Rafah [dari Mesir] yang masih tertutup. Namun, dengan kontak lewat telepon yang sangat terbatas, saudara-saudara kami di Gaza mengungkapkan semua rumah sakit kini kekurangan obat-obatan pokok. Makanan juga sulit didapat. Bagaimana bisa mengurus sekitar 520 saudara yang tewas dan mengobati ribuan yang terluka? Kabar terakhir Israel akan izinkan 80 truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza tapi kami belum tahu apakah bantuan ini cukup memadai atau tidak. 

Apa yang bisa dilakukan membantu rakyat di Gaza, di tengah ketidakkejelasan Israel mencabut blokade?
Seperti yang saya utarakan tadi, kami akan kerahkan segala daya untuk mengatasi penderitaan ini. Mulai dari meja perundingan hingga perlawanan fisik, menggunakan batu-batu yang ditemui di jalan.  Palestina memang tidak punya senjata canggih. Tapi semangat perjuangan kami tidak akan surut dan tidak gentar melawan senjata canggih, seperti yang kami perlihatkan tahun 1968, 1982, dan saat invasi Lebanon.  Perdamaian tidak akan berlangsung bila tidak ada kemauan dari Israel untuk damai tanpa disertai embel-embel sekaligus mengakui negara Palestina.

Bagaimana kerjasama Fatah dan Hamas dalam menghadapi serangan Israel ini?
Saya tegaskan krisis ini bukanlah krisis Hamas dan krisis Fatah. Ini adalah krisis rakyat Palestina. Kami sebagai rakyat dan bangsa Palestina kini sama-sama menderita. Tidak mudah memang mengkontak langsung dengan saudara-saudara kami dari Hamas di Gaza karena komunikasi ke sana terputus.

Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah tiba di Amman, Yordania, namun, mereka kesulitan mencapai Gaza. Anda punya saran bantuan ini dapat tersalurkan dengan baik?
Saya menyarankan kepada saudara-saudara kita dari Indonesia untuk menghubungi Kedutaan kami di Amman. Dengan menyebut nama saya, staf kami di sana sangat siap membantu menyalurkan bantuan. Rute yang mereka pilih [melalui Amman] sudah tepat, karena itulah cara yang saat ini efektif. Kebetulan Yordania berbatasan dengan Tepi Barat sehingga bantuan bisa disalurkan melalui kami di sini [Ramallah, Tepi Barat]. Sebenarnya ada rute lain ke Gaza, yaitu melalui Mesir, namun dengan tertutupnya perlintasan Rafah - yang menghubungkan Mesir dengan Gaza - bantuan susah dikirim.

Di Indonesia, solidaritas kepada Palestina kian menguat. Bahkan ada warga Indonesia yang mau turut berjuang di Jalur Gaza melawan Israel.  Apa tanggapan Anda?
Saran saya, jangan. Tidak perlu ke Gaza untuk berperang. Cukup kami yang mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan cita-cita. Kalian bisa membantu dengan doa dan bantuan lain. Tapi saya sangat berterima kasih atas besarnya perhatian dan dukungan saudara-saudara di Indonesia kepada kami.

Presiden Iran pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi

Terungkap 3 Alasan Iran dan Arab Saudi Saling Bermusuhan, Isu Agama Paling Kuat

Arab Saudi serta Iran memegang peranan penting di wilayah Timur Tengah. Walaupun demikian, kedua negara tersebut tampaknya telah menjalin hubungan yang kurang harmonis da

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024