"Soal Kekuasaan, Golkar Biasa Terbelah"
VIVAnews - Peneliti dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lili Romli, menilai Partai Golkar memang biasa mengalami keretakan menjelang pergantian kekuasaan. Rata-rata elit Golkar, kata Lili, memiliki tujuan jangka pendek.
"Golkar dari dulu biasa terbelah. Ketika menjelang perebutan kekuasaan, tingkat kohesivitas di tubuh Golkar menjadi rendah," kata Lili dalam perbincangan dengan VIVAnews, Kamis, 29 Januari 2009.
Lili menyarankan, perdebatan mengenai transisi kekuasaan pemerintahan dibahas setelah Pemilu saja. Jika perpecahan terjadi sebelum Pemilu, kinerja mesin politik Golkar bisa melempem. "Peluang kader Golkar untuk dibajak partai lain menjadi besar."
Lili menjelaskan, Golkar pasca-Reformasi memang rawan dengan perpecahan. Sejak keruntuhan Orde Baru, Golkar kehilangan figur sentral yang menjaga kohesivitas partai. "Semua elit berkedudukan sejajar," ujar Lili.
Sebaliknya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan semakin menunjukkan kohesivitasnya karena ada figur Megawati Soekarnoputri. Inilah modal besar PDIP bertarung kembali di Pemilu dan Pemilihan Presiden tahun ini.