Kilang LNG Donggi-Senoro Tak Bebani Negara

VIVAnews - PT Pertamina (Persero) menyatakan pembangunan fasilitas kilang gas alam cair (LNG) Donggi-Senoro di Sulawesi Tengah tidak memberatkan keuangan negara, karena tidak diklaim sebagai biaya pemulihan atau cost recovery.

Seperti dikutip dari dokumen Pertamina, Selasa 17 Februari 2009, kondisi ini berbeda dengan Lapangan Tangguh, Papua. Lapangan Tangguh memakai pola hulu, pengembangan gas Donggi-Senoro menggunakan pola hilir.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng

Jika menggunakan pola hulu, biaya pembangunan kilang LNG akan di ganti negara dan masuk dalam cost recovery. Sedangkan pola hilir, biaya tidak dibebankan kepada negara.

Selain itu, dengan pola hilir, pemerintah tidak perlu mengeluarkan jaminan sebagai mana Tangguh, investasi kilang merupakan penanaman modal asing secara langsung, dan bagian pendapatan negara sudah positif sejak kilang beroperasi.

Pemerintah juga terbebas dari pertanggungjawaban dalam penjualan LNG saat terjadi kekurangan gas, keterlambatan pembangunan kilang, atau operasional LNG. Pertamina menjelaskan, keikutsertaan perseroan atas proyek itu hanya 29 persen, serta telah mempertimbangkan aspek kemampuan pendanaan dan risiko investasi.

Formula harga saat ini memang rendah, namun diharapkan pada 2015 ketika kilang beroperasi harga gas sudah lebih tinggi. Pada 2015, harga minyak mentah diperkirakan di atas US$ 70 per barel, sehingga harga gas Senoro bisa di atas US$ 6 per MMBTU. Harga ini sudah lebih tinggi dibandingkan kontrak LNG ke Fujian dan Posco.

(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024