VIVAnews - Penurunan porsi investor asing pada surat utang negara (SUN) menunjukkan kecenderungan asing untuk menurunkan harga SUN dalam negeri. Hal itu merupakan dampak dari kepanikan lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) yang kini tengah kesulitan likuiditas.
“Mereka (asing) mengambil kesempatan dalam kepanikan investor lokal, dengan mengembangkan isu gagal bayar (default) SUN dalam negeri,” kata Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan, dan Partisipan Bursa Efek Indonesia (BEI) Guntur Pasaribu di Jakarta, Jumat 24 Oktober 2008.
Guntur mengungkapkan, kini porsi asing di SUN mencapai 18-20 persen. Jumlah tersebut belum mengganggu likuiditas, karena transaksi harian SUN hingga saat ini masih Rp 4 triliun. “Berdasarkan data BEI, penurunan porsi asing hanya Rp 2-3 triliun. Itu masih di bawah angka transaksi harian SUN,” jelas dia.
Jika data Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto menyatakan porsi asing yang hilang mencapai Rp 5 triliun, hal itu juga belum mengganggu likuiditas SUN. “Investor lokal yang mendominasi 80 persen transaksi SUN jangan dipengaruhi asing yang hanya mengontribusi 20 persen,” lanjut dia.
Menurut dia, investor tidak perlu mengkhawatirkan kesanggupan pemerintah untuk membayar kupon, karena investasi itu telah dijamin dengan undang-undang.
“Selain itu, Guntur menambahkan, rasio pembayaran utang atau debt to service ratio jauh lebih baik dibanding 2007. Cadangan devisa negara juga hampir mencapai Rp 57 triliun,” tandas dia.