Romantika TransJakarta (Bagian I)

Polah Lelaki dalam Jejalan Penumpang

Antrean orang mengular di Halte Karet, Koridor I, Jakarta Selatan. Pemandangan ini terlihat saban pagi, mulai pukul 07.00 hingga pukul 10.00. Mereka menunggu giliran masuk ke bus TransJakarta.

Satu per satu bus sarat penumpang singgah, mampir sejenak sejumlah orang turun. Lalu si sopir tancap gas dengan bus berjejal manusia. Lelaki perempuan menjadi satu, ada yang berdesakan di lorong, dekat pintu depan dan belakang.

Petugas TransJakarta terjepit di dekat pintu bus. Matanya waspada. Terkadang memberi aba-aba agar penumpang jangan terjepit pintu. “Kalau sudah naik bus, mereka sering terlena dan tak menyadari pintu terbuka,” katanya kepada VIVAnews.

Beragam polah manusia terlihat di sini. Ada pria baik yang mendahulukan perempuan mendapatkan kursi. Sebaliknya ada pula yang langsung pura-pura tidur ketika melihat orang tua tertatih-tatih dalam bus.

Tetapi seorang penumpang TransJakarta, Maya, yang biasa naik dari Taman Kota, Jakarta Barat, mengaku menemukan pria yang justru senang berdesak-desakan. Apalagi jika berada di tengah lawan jenisnya.

Bahkan perempuan 27 tahun ini pernah terperangkap bersama pria seperti itu di tengah berjejalnya penumpang. Maya merasakan ada belaian. Dia terperanjat melihat tangan si pria mulai merayap ke bagian tubuhnya yang sensitif. ”Saya berkali-kali memukul tangan jahilnya. Rasanya mau nangis," kata Maya kepada VIVAnews.

Mau melapor ke satgas TransJakarta, Maya ragu. Hendak berteriak, Maya mengaku takut. “Selain itu, saya juga malu,” ujar Maya tersipu.

Pengalaman seperti Maya juga dirasakan Audri, warga Cengkareng. "Biasanya, dia memanfaatkan keadaan saat bus TransJakarta mengerem mendadak," katanya. Bedanya dengan Maya, Audri lebih berani bertindak. "Saya bentak saja orang itu, biar malu," katanya. Aksi si pria itu pun berhenti.

Begitu juga Mawar yang mengalami masalah yang sama. Seorang pria sempat terkejut mendengar teriakan Maya, dan buru-buru memindahkan telapak tangannya yang menempel di paha maya.

LBH Apik beberapa kali mendapatkan laporan seperti ini. Menurut Umi Farida, aktivis LBH Apik, si pelaku membentuk kondisi agar si korban malu jika melawan. "Bahkan jika melapor, maka korban yang disalahkan," katanya. "Itulah sebabnya, korban malas melapor."

Farida menyebut perilaku seperti itu sebagai pelecehan seks. “Penyakit seperti ini memiliki latar belakang, misalnya, karena korbannya perempuan, maka dia dicolek, disenggol, dan sebagainya," katanya. "Tujuannya, untuk merendahkan martabat. Membuat seseorang merasa tak nyaman."

Gokar Listrik Hadir di Indonesia, Lengkap dengan Sirkuit
Atalarik Syach.

Kalau Mau Damai, Atalarik Syach Kasih Syarat Ini ke Tsania Marwa

Konflik antara Atalarik Syach dan Tsania Marwa masih berlanjut bahkan setelah keduanya bercerai. Ditambah lagi, belum lama ini Tsania Marwa menjadi saksi di MK.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024