VIVAnews - Pemerintah Luxembourg menyayangkan langkah pemerintah Indonesia yang menolak Arcelor Mittal dalam penjualan strategis saham PT Krakatau Steel.
Pasalanya, kinerja Mittal sangat baik, terutama pada penyerapan tenaga kerja. "Kenaikan tenaga kerja mencapai 3.000 karyawan menjadi 6.000 karyawan," ujar Menteri Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Menteri Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Jeannot Krecke, saat berkunjung ke Departemen Perindustrian, di Jakarta, Selasa 11 November 2008.
Negara Luxembourg merupakan pemilik 3 persen saham Mittal. Oleh karena itu, Luxembourg merasa perlu komunikasi membangun kesan yang baik bagi Indonesia. "Kami sudah bertemu dengan Presiden, rencana akan bertemu Menteri Negara BUMN," ujarnya.
Arcelor Mittal, produsen baja terbesar di dunia memang pernah tertarik bermitra strategis dengan Krakatau. Mereka ingin mengembangkan industri baja di Indonesia yang permintaannya terus melonjak.
Namun, ambisi Mittal ditolak oleh parlemen Indonesia dan manajemen Krakatau. DPR, pemerintah dan manajemen akhirnya lebih memilih menjual saham ke bursa untuk menambah modal perusahaan baja terbesar di Indonesia itu.
Rencananya, Krakatau akan memilih privatisasi melalui jalur penawaran umum saham perdana (IPO). Namun, akibat kondisi pasar modal yang tak kunjung membaik, IPO Krakatau ditunda sampai saat ini.