Pemerintah Harus Kurangi Hambatan Tak Lansung

VIVAnews - Pengusaha meminta pemerintah memperkuat konsentrasi perbaikan kondisi akibat hambatan tidak langsung (behind border). Akselerasi itu akan memperkuat Indonesia menghadapi Regional Economic Integration (REI).

"Ada pergeseran dari hambatan langsung (at border) dan hambatan dari luar (across the border)," kata Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia John A Prasetyo pada Sosialisasi Hasil-Hasil APEC 2008 dan Prioritas 2009 di Departemen Luar Negeri, Rabu, 28 Januari 2009.

Ogah Pakai Pelampung, Bocah 6 Tahun di Cikarang Tewas Tenggelam di Kolam Renang

Menurut John, pengusaha menilai kesiapan pemerintah untuk mendukung akselerasi masih tertinggal dibanding negara tetangga terdekat di daerah perbatasan. "Isu keterbatasan infrastruktur, penggunakan teknologi, dan lisensi masih menjadi masalah dalam negeri yang akan menghambat akselerasi menuju integrasi regional," ujarnya.

Dia menambahkan, masih sulitnya kemudahan berbisnis di Indonesia, terlihat dari peringkat Indonesia yang barada di posisi kedua terburuk di APEC atau peringkat ke 129 dari 181 negara yang disurvei.

John menuturkan, seringkali terjadi tumpang tindih regulasi yang menjadi halangan bisnis. Namun, krisis global kembali menempatkan Indonesia dalam 25 negara tujuan investasi.

Pengusaha, kata dia, mendukung kelanjutan fokus mencapai Bogor Goals sebagai upaya memperbaiki iklim investasi, memperkuat keterhubungan, dan konektivitas dengan infrastruktur, serta pergerakan tenaga kerja dan barang. "Pergerakan tenaga kerja, modal, dan barang harus lebih dipermudah," tutur John.

John mengakui, tantangan tahun ini adanya krisis ekonomi global, sehingga banyak negara memperkuat proteksionisme. "Proteksionisme terselubung seringkali bukan berasal dari tarif,  tapi non tarif seperti isu lingkungan dan perubahan cuaca," ujarnya.

Sementara itu, kebijakan APEC mendukung WTO, banyak dikeluhkan pengusaha karena dianggap ambivalen karena isu WTO marjinal dalam merespon krisis global.

John mengatakan, perlu pendekatan pada pertemuan APEC 2009 yang berbeda dengan Doha 2001. "Ada perubahan sentimennya membantu negara berkembang sekarang ini berubah dengan adanya pembagian kekuasaan di antara negara besar baru seperti India dan China, serta ambruknya ekonomi negara besar seperti Amerika," kata dia.

Menanam mangrove.

Indonesia Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia, Tanam Lebih Banyak Mangrove Bisa Jadi Solusinya

Dalam upaya menurunkan angka emisi karbon di Indonesia, mangrove memiliki peran penting dalam perubahan iklim dengan kemampuannya yang dapat menyerap gas rumah kaca.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024