Indeks Rawan Terkoreksi

VIVAnews – Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada transaksi Rabu, 8 Oktober 2008, diprediksi rawan terkoreksi. Antisipasi investor terhadap krisis global dan pelemahan nilai tukar rupiah tetap menjadi katalis penurunan indeks.

“Indeks akan bergerak di kisaran 1.590-1.700,” kata analis PT AmCapital Robin Setiawan kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa, 7 Oktober 2008.

Pada transaksi kemarin, indeks terkoreksi 1,76 persen ke posisi 1.619,72, atau membaik dibanding perdagangan awal pekan ini yang terpuruk 10,02 persen di level 1.648,73.

Menurut Robin, sentimen negatif penurunan bursa global dan turunnya harga minyak dunia yang diikuti pelemahan harga-harga komoditas masih menjadi pertimbangan investor sebelum kembali masuk pasar. Apalagi, nilai tukar rupiah terus terpuruk terhadap dolar AS, sehingga menjadi sentimen negatif bagi pergerakan IHSG.

Namun, dia mengakui, potensi pembalikan arah (technical rebound) indeks mulai terlihat pada transaksi kemarin. Indeks sempat menguat, meski akhirnya ditutup melemah. Penurunan indeks yang cukup tajam dalam waktu singkat menunjukkan adanya peluang penguatan kembali dari sisi teknis.  

Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing juga berpendapat senada. Indeks berpeluang rebound dan bergerak di kisaran 1.550-1.700. Sentimen positif penguatan kembali saham-saham unggulan (blue chips) karena sudah terkoreksi cukup tajam akan menjadi faktor pendorong penguatan kembali indeks. Sedangkan sentimen negatif masih terkait kondisi global dan kenaikan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 9,5 persen. “Jadi, kalau menguat akan terbatas,” jelasnya.

Rekomendasi Saham
Robin merekomendasikan saham-saham perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Saham-saham BUMN itu, kata dia, layak dibeli untuk jangka pendek maupun menengah karena terkait rencana pembelian kembali saham (buy back). Sedangkan bagi investor jangka panjang, sebaiknya mengoleksi saham secara bertahap, meski tetap memantau situasi global.

Pardomuan juga menyarankan pemodal untuk bertransaksi jangka pendek pada saham-saham plat merah seperti ANTM, PT Timah Tbk (TINS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PGAS, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sebab, harga saham-saham itu sudah turun cukup dalam dan secara fundamental masih menjanjikan. Sedangkan untuk investor jangka menengah dan panjang dapat memanfaatkan momentum kejatuhan indeks untuk mengumpulkan barang.

Penampilan Makin Sopan, Nikita Mirzani Ternyata Diawasi Rizky Irmansyah
Toko Alat Musik

Ekspansi Perusahaan Musik Terkemuka Asia Tenggara Diresmikan di Indonesia

Tujuan dari ekspansi ini adalah untuk meningkatkan pengalaman musik bagi para musisi di Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024