VIVAnews - Sebelum kekerasan kembali terjadi di Jalur Gaza, pesawat-pesawat Israel, Rabu 7 Januari 2009, menyebarkan selebaran di atas kamp-kamp pengungsi di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Isinya, mendesak penduduk di wilayah yang berbatasan dengan Mesir agar keluar dari Rafah sebelum serangan darat terencana Israel dilakukan.
"Karena Hamas menggunakan rumah kalian untuk bersembunyi dan menyelundupkan senjata militer, maka Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan menyerang wilayah ini [Rafah], antara perbatasan Mesir dan jalan pesisir," tulis selebaran itu.
"Kalian memiliki waktu hingga pukul 8 pagi hari Kamis [siang WIB]," tulis selebaran yang dijatuhkan pasukan militer Israel, seperti dikutip dari stasiun televisi al-Jazeera, Kamis 8 Januari 2009. Selebaran memasukkan juga nama empat wilayah sekitar Rafah yang diperkirakan juga akan diserang, sehingga warga di wilayah-wilayah tersebut diperintahkan meninggalkan rumah mereka. "Demi keselamatan kalian dan keselamatan anak-anak kalian, ikuti perintah ini," sebut selebaran itu.
Setelah selebaran itu diterima, sekitar 5.000 warga Rafah segera mendatangi dua sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berubah fungsi menjadi tempat perlindungan. Pejabat keamanan memperkirakan sekitar 300 terowongan digunakan untuk menyelundupkan senjata dari Mesir ke jalur Gaza sebelum serangan Israel ke wilayah tersebut dilancarkan.
Sementara itu, sedikitnya 700 warga Palestina, termasuk 219 anak-anak, tewas di Gaza sejak Israel mulai melakukan serangan 27 Desember 2008. Jumlah itu akan terus bertambah. Sedangkan korban luka mencapai lebih dari 3.080 orang. Sedangkan dari pihak Israel, tujuh tentara dan tiga warga sipil meninggal dalam kurun waktu sama.
Kekerasan kembali terjadi di jalur Gaza Rabu lalu setelah penghentian serangan selama tiga jam, sesuatu yang disebut Israel sebagai "jeda kemanusiaan". Ketenangan singkat tersebut memungkinkan warga yang terkepung di Gaza untuk mencari makanan dan bahan makanan.
Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, telah diberi lampu hijau oleh kabinet keamanan untuk memerintahkan agar dilakukan lebih banyak serangan ke kota Gaza. Ini adalah sebagai bagian dari upaya Israel menghentikan serangan roket dari kelompok militan Hamas.
Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, memimpin sidang kabinet keamanan di Yerusalem. Sidang mengambil keputusan untuk terus melancarkan serangan darat, termasuk tahap ketiga di mana serangan akan diperluas dengan masuk ke area-area penduduk. Demikian dikatakan pejabat senior departemen pertahanan, seperti dikutip dari stasiun televisi al-Jazeera, Kamis 8 Januari 2009. Keputusan akhir akan berada di tangan Barak.