Nasib 9 WNI yang Hilang di Laut Jepang

Kedalaman Laut Mencapai 1.000-1.200 Meter

VIVAnews -Tim penyelamat Jepang saat ini mengerahkan sepuluh kapal dan dua belas helikopter untuk mencari sembilan warga Indonesia dan tujuh warga Korea Selatan (Korsel) yang bekerja di kapal kargo Orchid Pia berbendera Korsel yang tenggelam, Selasa 10 Maret 2009.

Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar

Demikian ungkap Atase Perhubungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jepang, Nelson Barus. Dia mengungkapkan bahwa tim penyelamat Jepang juga menurunkan tim ahli di perairan dekat Pulau Izu Oshima.

"Empat spesialis SAR dikerahkan untuk mencari korban karena kedalaman laut di lokasi kejadian antara 1.000 hingga 1.200 meter. Selain itu, dua orang ahli pencemaran laut juga diturunkan," kata Barus saat dihubungi VIVAnews melalui telepon, Rabu pagi 11 Maret 2009.

Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Pengerahan tim ahli itu mencerminkan Jepang sangat serius dalam menangani kejadian tabrakan dua kapal kargo itu karena khawatir akan bahaya pencemaran laut.

Dia mengungkapkan bahwa pemerintah Korea Selatan juga  menawarkan bantuan tim penyelamat. "Pemerintah Jepang saat ini sedang mempertimbangkan tawaran tersebut," kata Barus.

Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen

Tabrakan antara kapal berbendera Korea Selatan dan Panama terjadi sekitar pukul 02.15 waktu Jepang. Dua kapal itu bertabrakan di perairan dekat Pulau Izu Oshima, 120 km selatan Tokyo.

Kapal Cygnus Ace seberat 10.833 ton langsung melapor kecelakaan itu kepada petugas Penjaga Pantai Jepang. Namun radar kapal itu tidak bisa mendeteksi lokasi kapal Korsel. Sembilan warga Indonesia yang hilang itu berada di Kapal Orchid Pia berbendera Korea Selatan.

Sementara itu, Barus juga mengungkapkan keinginan Duta Besar RI untuk Jepang, Jusuf Anwar untuk ikut serta meninjau lokasi kejadian dan mengikuti perkembangan secara langsung. Namun, keinginan tersebut harus ditunda terlebih dulu karena sulitnya medan.

"Bapak duta besar ingin menyisir langsung ke lokasi, tapi masih belum mungkin karena cuaca sedang buruk, kadang hujan, dan gelombangnya tinggi," kata Nelson.

Informasi mengenai kondisi dan situasi di sana dapat diketahui melalui video pencarian. Untuk meninjau lokasi juga dibutuhkan ketrampilan khusus kalau menggunakan pesawat udara.

Sedangkan untuk ikut mencari menggunakan kapal, ombaknya terlalu tinggi, sehingga berbahaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya