VIVAnews - Turunnya harga premium Rp 500/liter disangsikan berdampak signifikan pada rsektor riil. Tapi paling tidak bisa meningkatkan daya beli masyarakat.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bappenas, Paskah Suzetta usai acara penutupan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Regional se-Jawa Bali di Hotel Borobudur, Jumat 7 November 2008. "Harus diakui penurunan ini memang tidak terlalu signifikan," ujarnya.
Namun Paskah berharap penurunan premium akan bisa meningkatkan daya beli masyarakat. "Itu adalah harapan kita," ujarnya.
Namun Paskah sendiri tidak bisa menjamin bahwa penurunan ini akan berdampak pada turunnya harga komoditi dan transportasi. "Penurunan ini memang kecil, tapi setidaknya bisa mengurangi beban ekonomi masyarakat," tambahnya.
Pemerintah menurunkan harga premiun dari Rp 6.000/liter menjadi Rp 5.500/liter. Sementara harga solar dan minyak tanah tidak berubah. Penurunan itu hanya tercatat 8 persen. Sementara kenaikan BBM terakhir mencapai 27,8 persen.
Soal konsumsi BBM, ia mengatakan saat ini pemerintah menyubsidi 37 juta kilo liter, jadi tidak ada penurunan konsumsi dan tidak ada pengurangan subsidi. Demikian juga dengan kuota yang tidak akan berkurang.
"Kalau konsumsi berlebih kan subsidi bisa melebihi quota, sekarang subsidi tidak kita kurangi, maka kita upayakan kuota tidak berkurang," katanya.
Kalau memang diperlukan karena subsidi tidak berkurang, kuota bisa bertambah. "Kita lihat dulu. apakah itu mendesak memang kuota harus ditambah," katanya.